Rabu, 07 Juli 2010

RELIABILITAS TES

A.PENGERTIAN RELIABILITAS
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi masudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.
Reability merupakan kriteria untuk menetapkan taraf ketelitian teknik atau alat penilaian; bila digunakan untuk mengukur hasil belajar seorang murid. Ketetapan itu berlaku untuk setiap alat ukur yang sama. Reability dinyatakan dengan koefisien reliability. Sering diartikan dengan “ Standar Error of measurement.”
Sudah diterangkan bahwa dalam persyaratan tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berati.
Sehubungan dengan reliabilitas ini, Scarvia . Anderson dan kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini sangat penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyongkong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebalinya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Walaupun reliabilitas mempunyai berbagi nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalu aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Pengertian relatif menunjukan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil pengukuran. Bila perbedaan itu besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak reliabel.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut suatu koefisien reliabilitas. Pada awalnya, tinggi rendahnya reliabilitas dicerminkan oleh tinggi-rendahnya korelasi antara dua distribusi skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama.
Koefisien korelasi antara dua variabel dilambangkan oleh huruf r. apabila skor pada alat ukur yang pertama diberi lambang X dan skor pada alat ukur paralelnya diberi lambang X’, maka koefisien korelasi antara keduanya diberi ambang rxx’. Simbol ini inilah yang kemudian diadopsi sebagai simbol koefisien reliabilitas.
Beberapa hal yang sedikit banyaknya mempengaruhi hasil tes, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga hal:
Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya.
Tinggi rendahnya validitas menunjukan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Dengan demikian semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi. Dalam menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penamahan banyaknya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh Spearman dan Brown sehingga terkenal dengan Spearman-Brown.

r_nn=nr/(1+(n-1)r)

Dimana
rnn = besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut ditambah
butir soal baru.
n = berapa kali butir soal itu ditambah.
r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya
ditambah.
Penambahan butir-butir soal tes adakalanya tidak berati bahkan adakalanya merugikan. Hal ini diseabkan karena:
Sampai pada batas tertentu, penambahan banyaknya butir soal sudah tidak menamah tinggi reliabilitas tes.
Penambahan tingginya reliabilitas tes tidak sebanding nilainya dengan waktu, biaya, dan tenaga yang dikeluarkan untuk itu.
Hal yang berhubungan dengan percobaan (testee)
Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa yang mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar-kecilnya reliailitas tes. Tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih, akan menunjukan reliabilitas yang- lebih besar dari pada yang dicobakan kepada kelompok tertentu yang diambil secara dipilih.
Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Faktor penyelenggara tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes.
Contoh:
Petunjuk yang diberikan sebelum tes dibuat, akan memberian ketenangan kepada para tes-tes dalam pengerjaan tes, dan dalam penyelenggaraan tidak akan banyak terdapat pertanyaan. Ketenangan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil tes.
Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang akan diberikan oleh siswa terhadap tes. Bagi siswa-siswa tertentu adanya pengawasan yang terlalu ketat menyebabkan rasa jengkel dan tidak dapat dengan leluasa mengerjakan tes.
Suasana lingkungan dan tempat tes (duduk tidak teratur, suasana di sekililingnya ramai, dan sebagainya) akan mempengaruhi hasil tes.
Adanya hal-hal yang mempengaruhi hasil tes ini semua, secara tidak langsung akan mempengaruhi reliabilitas soal tes.

B. CARA-CARA MENCARI BESARNYA RELIABILITAS
Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil.
Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).

1. Metode bentuk Paralel (equivalen)
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).
Dengan metode bentuk parallel ini, dua uah tes yang paralel, misalnya Matematika Seri A yang akan dicari reliailitasnya dan Seri B di teskan pada sekelompok siswa yang sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah yang menunjukan koefisien reliabilitas tes Seri A. jika oefisiennya tinggi maka tes tersebut sudah reliable dan dapat digunakan sebagai alat pengetes yang terandalkan.
Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada orang yang menyebutkan sebagai double tes-daubel-trial method.


2. Metode tes ulang (test-retest method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena tenggang waktu akan pemberian tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri. jika tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi. Sebaliknya kalau tenggang waktu terlalu lama, maka faktor-faktor atau kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa senddiri barangkali sudah mempelajari sesuatu. Tentu saja faktor-faktor ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas.
Metode belah dua atau split-half method
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-rown sebagai berikut:
Contoh:


r_11=(2 r_(½½) )/((1+r_(½½)))

Dimana:
r_(½½)
r_11

:
:

Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan.
Dibawah ini akan diuraikan cara menghitung reliabilitas dengan metode belah dua:

a.Pembelahan Ganjil-Genap
Pada persiapan perhitungan reliabilitas dengan belah dua ganjil-genap adalah sebagai berikut:
No Nama Item ganjil
(1, 3, 5, 7, 9)
(X) Item genap
(2, 4, 6, 8, 10)
(Y)
1
2
3
4
5
6
7
8 Hartati
Yoyok
Oktaf
Wendi
Diana
Paul
Susana
helen 5
3
0
3
3
4
4
3 3
2
4
2
3
0
3
5
Kelanjutan dari tabel ini adalah menghitung dengan rumus korelasi product moment.
Dengan menggunakan kalkulator diketahui bahwa:
∑X = 25 ∑X2 = 93
∑Y = 22 ∑Y2 = 76
∑XY = 63
Setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar diketahui bahwa r_XY= -0,3786. Harga tersebut baru menunjukan reliabilitas separo tes. Oleh karena itu, r_XY untuk belahan ini disebut dengan istilah r_(½½) atau r_gg singkatan dari r_(ganjil-genap). Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunaan rumus Spearman-Borwn yang rumusnya telah dikemukakan di depan. Jika koefisien reliabilitas separo tes ini dimasukan kedalam rumus hitungannya demikian:
r_11=(2 r_(½½) )/((1+r_(½½) ) )
r_11=(2 x (-0,3786))/(1+(-0,3786))=(-0,7572)/1,3786= -0,5493

b.Pembelahan Awal-Akhir
Dengan data yang tertera pada Tabel Analisis item tes Matematika diketahui jumlah skor belahan awal akhir sebagai berikut:
No Nama Item ganjil
(1, 2, 3, 4, 5)
(X) Item genap
(, 7, 8, 9, 10)
(Y)
1
2
3
4
5
6
7
8 Hartati
Yoyok
Oktaf
Wendi
Diana
Paul
Susana
helen 3
2
1
3
5
3
5
3 5
3
3
2
1
1
2
5
Seperti halnya pada waktu menghitung dengan belahan ganjil-genap maka kelanjutannya adalah menghitung dengan rumus korelasi product moment.
Dengan menggunaan kalkulator diketahui:
∑X = 25 ∑X2 = 91
∑Y = 22 ∑Y2 = 78
∑XY = 63
Setelah dimasukan kedalam rumus korelasi product moment dengan angka asar diperoleh r_(½½)= -0,3831. Dengan rumus Spearman-Brown diperoleh r_11= -0,5538.
Selain dengan menggunakan rumus korelasi product moment, dua orang ahli mengajukan rumus lain. Seorang yang bernama Flanagan mengemukakan rumus yang perhitungannya menggunakan belah dua ganjil-genap, dan seorang lagi bernama Rulon yang rumusnya diterapkan pada data belahan awal-akhir.

c.Formula Rulon
Sebagaimana formula Spearman-Borwn, formula Rulon juga dikenakan pada data skor suatu tes yang dibelah menjadi dua bagian yang seimbang.
Dalam formula Rulon, komputasi reliabilitas didasarkan pada selisih skor subyek pada kedua belahan tersebut. Menurut Rulon, selisih skor itulah sumber variasi eror dan karenanya bila diandingkan dengan variasi skor akan dapat menjadi dasar mengestimasi reliailitas tes.
Formula Rolun dirumuskan sebagai:
r_xx'=1- (s_d^2)⁄(s_x^2 )
s_d^2
s_x^2 =
= Varians perbedaan skor belahan (d)
Variansi Skor tes (X)

d. Formula Alpha / Flanagon
〖Rumus r〗_11=1- (S_1^2+S_2^2)/(S_t^2 )

Varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item ganjil
Varians belahan kedua (2)yaitu varians skor genap
Varians total yaitu varians skor total
Atau
Formula alpha untuk tes yang dibelah dua adalah:
Rumus α=2- (S_1^2+S_2^2)/(S_x^2 )

Bila tes dibelah menjadi tiga bagian maka formula Alpha untuk komputasi reliabilitasnya adalah:
α=3/2 (1- (S_1^2+S_2^2+S_3^2)/(S_x^2 ))
Secara sederhana dapat dipahami bahwa varians adalah standar deviasi kuadrat. Untuk mencari varians dapat digunaan rumus:

S^2=(∑▒〖X^2-〗 ((∑▒〖X)〗^2 )/N)/N
S^2

N =

= Varians selalu ditunjukan dalam bentuk kuadrat, karena standar deviasi kuadrat
Banyaknya subyek pengikut tes.

e. Formula Kuder-Richadson 20 ( K-R. 20 )
〖Rumus r〗_11= (n/(n-1))((S^2-∑▒pq)/S^2 )

f. Formula Kuder-Richadson 21 ( K-R. 21 )
〖 r〗_11= (n/(n-1))(1-(M(n-M))/(nS_t^2 ))
M = Mean atau rerata skor total

g. Formula Hoyt
Masih ada satu cara lain untuk mencari reliabilitas, yaitu menggunan rumus Hoyt
Rumusnya adalah:
r_11=1-V_s/V_r atau r_11=1-〖V_r-V〗_s/V_r
Keterangan:
r_11
V_r
V_s =
== Reliabilitas seluruh soal
Varians responden
Varians sisa
Untuk mencari reliabilitas suatu soal dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1. Mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus:
Jk_((r))=(∑▒X_t^2 )/k-((∑▒〖X_t)〗^2 )/(k x N)
Keterangan:

Jk_((r) )
X_t
k
N =
=
=
Jumlah kuadrat responden
Skor total tiap responden
Banyanya item
Banyaknya responden atau subyek
Langkah 2. Mencari jumlah kuadrat item dengan rumus:

Jk_((r))=(∑▒B^2 )/N-((∑▒〖X_t)〗^2 )/(k x N)
Keterangan:

Jk_((r) )
∑B2
(∑B2) =
=
= Jumlah kuadrat item
Jumlah kuadrat jawaban benar seluruh item kuadrat dari jumlah skor total
Langkah 3. Mencari jumlah kuadrat total dengan rumus:

Jk_((r) )=((∑▒〖B)(∑▒〖S)〗〗)/((∑▒〖B)+(∑▒〖S)〗〗)
Keterangan:

Jk_((r) )
∑B
∑S =
=
= Jumlah kuadrat total
Jumlah jawaban benar seluruh item
Jumlah jawaban salah seluruh item
Langkah 4. Mencari jumlah kuadrat sisa, dengan rumus:
Jk_((r) )=Jk_((t) )-Jk_((r) )-Jk_((i) )
Langkah 5.





Mencari varians response dan variansi sisa dengan table F.
Dalam mencari Varians ini diperlukan d. b (derajat kebebasan) dari masing-masing sumber varians kemudian d. b ini digunakan sebagai penebut terhadap setiap jumlah kuadrat untuk memperoleh variansi.
d. b = banyaknya N setiap sumber variansi
dikurangi 1
Jadi variansi = (jumlah kuadrat)/(d.b)
Langkah 6. Memasukan ke dalam rumus r11
TEKNIK PENGUJIAN RELIABILITAS HASIL BELAJAR BENTUK URAIAN
Dalalm rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian yang disusun oleh seorang staf pengajar telah memiliki daya daya yang keajegan mengukur atau reliabilitas yang tinggi ataukah belum, pada- umumnya orang menggunakan sebuah rumus yang dikenal dengan nama Rumus Alpha. Adapun rumus alpha dimaksud adalah:
r_11=(n/(n-1))(1-(∑▒S_i^2 )/(S_t^2 ))
S_i^2=(∑▒〖X_i^2-〗 ((∑▒〖X_i)〗^2 )/N)/N
Di mana:
r_11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes.
1 = Bilangan konstan
∑S_i^2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
S_i^2 = Varians total
〖∑X〗_i^2 = Jumlah skor-skor yang dicapai oleh masing-masing testee.
Selanjutnya dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien reliailitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai sebagai berikut:
Apabila r11≥0,07 berati tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
Apabila r11<0,07 berati tes hasil belajar yang sedan diuji reliabilitasnya belum dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.











Daftar Pustaka

Arikonto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi Angkasa
Arikonto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi Angkasa.
Azwar, Saifuddin. 2000. Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
Harahap, Nasrun dkk. 1979. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang.
Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Ealuasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. sama-sama semoga bermanfaat maaf rumusnya berantakan...tp bs km cari dari buku referensi yg saya gunakan.

      Hapus